Sabtu, 14 November 2020

Ilmu Lingkungan, TUHAN dan Islam* (Bagian Pertama)


Awal Perkenalan

Kebiasaan jalan-jalan, berkebun, memancing dan berburu yang dilakukan sejak kecil dengan almarhum kakek (Onen Kornel Karda) ternyata memperkaya pengalaman Raja kecil (Rio) tentang mengamati indahnya pemandangan alam terbuka, pepohonan serta hewan di alam bebas. Ketika beranjak dewasa, kebiasaan tersebut membentuk jiwa petualangan tak terbatas akan pengetahuan dibalik segala sesuatu yang dihadapi serta dialami.

Wadah pertama jiwa petualangan yang dialami adalah Wahana Pelajar dan Pencinta Alam SMP N 28 Bandung (WAPATALA), disinilah pertama kali Rio menikmati Latihan Pendidikan Dasar fisik, mental serta berorganisasi. Namun karena masih diliputi jiwa kanak-kanak, WAPATALA belum memunculkan jiwa petualangan Tawanan kecil (Rio) secara maksimal.

Kelanjutan jiwa petualangan kemudian diteruskan dalam wadah Apis Indica (Pencinta Alam SMA N 6 Bandung). Pada waktu tersebut Rio menikmati Latihan Pendidikan Dasar fisik, mental serta berorganisasi juga dalam wadah Dialog Remaja Islam, OSIS dan Teater (TERAS) secara simultan. Tahap tersebut mulai memunculkan jiwa petualangan mendaki gunung, memanjat tebing, pencarian makna Islam, pergerakan serta berperan.

Pada saat akhir sekolah menengah atas, titik awal peringatan peran mengingatkan Perdana Mentri (Rio) ingin belajar ke pesantren dan menjadi petani, namun ternyata takdir membawa menuju jalan berputar berkuliah di Jurusan Antropologi Sosial FISIP UNPAD. Tahap inilah yang semakin memunculkan jiwa petualangan utuh, dari tahun 1995 hingga saat ini. 

Ilmu Lingkungan (Ekologi)

Berawal dari mata kuliah di jurusan, ekologi mengingatkan Rio pelajaran biologi, fisika dan kimia yang tidak sempat dipelajari secara mendalam sebelumnya. Kesadaran akan sistim utuh perputaran aliran informasi, energi dan materi menjalin kembali konsep rantai serta jejaring makanan yang tak pernah berhenti berputar dari titik produsen, konsumen dan pengurai hingga kembali ke titik awal (produsen) secara terus menerus sejak awal hingga akhir alam semesta.

 

*Diadaptasikan dari jargon sekolah panjat tebing skygers Tebing, TUHAN dan Aku.

https://www.youtube.com/watch?v=pKpWvj3QVe0

Serangkaian proses daya lenting (resiliensi), daya pulih (homeostasis) serta suksesi pada tahapan tumbuhan perintis, rerumputan dan herbal, semak belukar, kayu lembek, kayu keras (lapisan tingkatan tanaman), hutan, pelapukan atau penghacuran hingga kembali ke awal (tahapan tumbuhan perintis), semuanya menggambarkan keindahan kesetimbangan pola alam yang terus berputar untuk diamati, dinikmati sesuai kebutuhan serta disyukuri.

Tahapan bagaimana individu makhluk bersosialisasi, berkumpul, menjadi populasi, komunitas, ekosistim, bioma hingga biosfer, tanaman berdampingan (tumpang sari) dalam satu bedeng, beberapa bedeng menjadi komunintas tanaman, komunitas tanaman didatangi hewan menjadi gilda hingga kebun menjadi suatu ekosistim, semua itu merupakan inti ekologi yang sangat indah untuk dipelajari serta diaplikasikan dalam berbagai hal dikehidupan.

https://www.youtube.com/watch?v=fDLzQVJtnGQ

Tumpang sari (Pertemanan tanaman)


Komunitas tanaman dan hewan

https://www.youtube.com/watch?v=W1VBWBw4UWk

Namun yang dirasakan saat ini, berbagai kerusakan akibat polutan lamban hingga berdampak ketika terurai, serta keserakahan manusia yang berlebihan/melampaui batas telah mengubah pola alami nan indah menjadi ancaman bagi seluruh makhluk alam semesta. Jika sudah begini, sudah tentu ada yang salah dalam keseharian hidup kita. Diam & Dengarkan https://www.youtube.com/watch?v=NvNLumlAJX0.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perawatan Kebun (Bagian Pertama)

  https://youtu.be/Kib_FquGP7s  https://www.youtube.com/watch?v=1Tk_melmv14 https://www.youtube.com/watch?v=0cUc_FKQq7M