Selasa, 17 November 2020

Ilmu Lingkungan, TUHAN dan Islam* (Bagian Keempat)


Melanjutkan pembahasan makna membaca/mempelajari kitab pedoman dengan Nama TUHAN, jika dikaitkan dengan keberadaan alam semesta hingga saat ini sebenarnya dapat disederhanakan dengan istilah sifat rendah hati (berserah diri/muslim). Konsekuensinya dalam kehidupan harian kita adalah berusaha (ihtiar) sesuai dengan pedoman, sambil terus belajar dari setiap kejadian (makhluk) yang dihadapi serta dialami.

Dengan demikian, hanya dengan cara menempuh kesederhanaan hidup serta pengembangan peradaban ramah lingkungan (rohmatan lil ‘alamin) yang pernah dicontohkan para nabi sajalah kita dapat mengenal serta menemukanNya (TUHAN). Bertindak dari mulai diri, keluarga (Surat At Tahrim 66 : 6) dan lingkungan terdekat dengan tetap berpikir jauh ke depan hingga alam akhirat dapat mencegah sekat batas kebendaan yang menghalangi kita dari mengenal serta menemukanNya.

Tindakan awal dari mulai diri dapat dilakukan berdasarkan pengulangan secara tartil (perlahan/bertahap/tertib) seperti diajarkan TUHAN dalam Surat Al Muzzammil 73 : 1-4.




Terjemah sederhana ayat di atas menganjurkan/mewajibkan bangun pada seperdua malam untuk membaca (mempelajari) Al Qur’an secara tartil (perlahan/bertahap/tertib) dalam mendirikan sholat malam. Penegasan arti tartil lainnya dalam Al Qur’an adalah Surat Al Furqan 25 : 3.

Setelah dipertegas pada Surat Al Furqan 25 : 3, kemudian dinyatakan oleh TUHAN kemudahannya mengingat Al Qur’an sebagai peringatan pada Surat Al Qomar 54 : 17, 22, 32 & 40 (diulang empat kali dalam satu surat).




Terjemah Kami pada empat ayat yang diulang sama persis menyatakan Keagungan TUHAN (dalam kaidah tata Bahasa arab) mewahyukan Al Qur;an kepada Nabi Muhammad S.A.W melalui Malaikat Jibril, kemudian membimbing para pengamal Al Qur’an seperti dijelaskan pada Surat Al Hijr 15 : 9.
















Penjelasan akar kata di atas dapat dirangkum menjadi kata kerja menjaga/memelihara, kata benda penjaga/pemelihara, dan kata perintah jagalah/peliharalah. Dengan demikian, urutan maknanya harus mengandung arti hafal-mengerti-mengaplikasikan dalam keseharian hidup, tidak boleh mengalami penyempitan makna hanya mengandung arti hafal saja. Makna tersebut akan tercapai jika dalam keseharian hidup selalu diulang melalui proses ritme, kebiasaan, sifat/karakter, adat, budaya hingga menjadi peradaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perawatan Kebun (Bagian Pertama)

  https://youtu.be/Kib_FquGP7s  https://www.youtube.com/watch?v=1Tk_melmv14 https://www.youtube.com/watch?v=0cUc_FKQq7M