Melanjutkan pembahasan makna membaca/mempelajari kitab
pedoman dengan Nama TUHAN, jika dikaitkan dengan keberadaan alam semesta hingga
saat ini sebenarnya dapat disederhanakan dengan istilah sifat rendah hati
(berserah diri/muslim). Konsekuensinya dalam kehidupan harian kita adalah berusaha
(ihtiar) sesuai dengan pedoman, sambil terus belajar dari setiap kejadian
(makhluk) yang dihadapi serta dialami.
Dengan demikian, hanya dengan cara menempuh kesederhanaan
hidup serta pengembangan peradaban ramah lingkungan (rohmatan lil ‘alamin) yang
pernah dicontohkan para nabi sajalah kita dapat mengenal serta menemukanNya
(TUHAN). Bertindak dari mulai diri, keluarga (Surat At Tahrim 66 : 6) dan
lingkungan terdekat dengan tetap berpikir jauh ke depan hingga alam akhirat
dapat mencegah sekat batas kebendaan yang menghalangi kita dari mengenal serta
menemukanNya.
Tindakan awal dari mulai diri dapat dilakukan berdasarkan
pengulangan secara tartil (perlahan/bertahap/tertib) seperti diajarkan TUHAN
dalam Surat Al Muzzammil 73 : 1-4.
Terjemah sederhana ayat di atas menganjurkan/mewajibkan bangun pada seperdua malam untuk membaca (mempelajari) Al Qur’an secara tartil (perlahan/bertahap/tertib) dalam mendirikan sholat malam. Penegasan arti tartil lainnya dalam Al Qur’an adalah Surat Al Furqan 25 : 3.
Setelah dipertegas pada Surat Al Furqan 25 : 3, kemudian dinyatakan oleh TUHAN kemudahannya mengingat Al Qur’an sebagai peringatan pada Surat Al Qomar 54 : 17, 22, 32 & 40 (diulang empat kali dalam satu surat).
Terjemah Kami pada empat ayat yang diulang sama persis menyatakan Keagungan TUHAN (dalam kaidah tata Bahasa arab) mewahyukan Al Qur;an kepada Nabi Muhammad S.A.W melalui Malaikat Jibril, kemudian membimbing para pengamal Al Qur’an seperti dijelaskan pada Surat Al Hijr 15 : 9.
Penjelasan akar kata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar