Selasa, 17 November 2020

Ilmu Lingkungan, TUHAN dan Islam* (Bagian Kedua)

TUHAN dan Islam

Berbicara mengenai TUHAN tidak mungkin lepas dari agama, karena sains yang berdasarkan kebendaan sampai sekarang belum dapat membuktikan bahkan hingga tidak mempercayai keberadaanNya. Sebagai muslim, pedoman pertama dan yang utama sudah tentu harus berdasarkan pada Al Qur’an, baru kemudian Sunnah Rosul sebagai suri tauladan penerapan dalam keseharian.



Lima ayat Al Qur’an yang pertama diturunkan mengajarkan umat Islam untuk selalu membaca (mempelajari kitab pedoman/Al Qur’an) dengan selalu menyertakan nama TUHAN (Sang Maha Pencipta) manusia beserta seluruh alam semesta, TUHAN yang menciptakan manusia dari segumpal darah, kemudian membaca (mempelajari kitab pedoman/Al Qur’an) lagi karena TUHAN (Maha Mulia), DIA mengajarkan manusia (bani Adam) melalui pena (Surat Al Qolam), DIA mengajarkan apa-apa yang manusia (bani Adam) tidak diketahuinya.

Berdasarkan terjemah sederhana tersebut dapat disimpulkan bahwa selaku makhluk yang diberi pendengaran, penglihatan, hati serta akal, manusia tetap harus berserah diri kepada TUHAN dan selalu mempelajari Al Qur’an sebagai pedoman menjalankan keseharian hidupanya di dunia. Salah satu gambaran bagaimana TUHAN mengajarkan manusia (Nabi Adam A.S) mengenai awal hingga akhir kehidupan melalui pola perumpamaan berulang dapat dilihat dalam Al Qur’an Surat Al Aroof 7 : 11 – 58.


Iblis (jin yang membangkang karena fitrahnya tertutup iri hati/dengki) berdalih dengan mengagungkan akal pikirannya mengenai tingkatan unsur penciptaan (udara, air, api dan tanah).

Selain takabur, iblis menyalahkan dan meminta ulang perjanjiannya kepada Alloh tanpa mau bertobat.

Al Qur'an sebagai isyarat ilmu pengetahuan selalu memberikan peringatan dini/pencegahan (jangan mendekati), karena secara ekosistim, daya dukung hutan pangan (Jannah) hanya untuk dua orang. Jim dan Nun dalam kata Jannah juga mengandung pengertian tersembunyi/tertutup, karena hutan pangan yang lebat dapat menutupi kebutuhan, kekurangan serta keburukan, tetapi tidak akan pernah cukup untuk memenuhi keinginan, walaupun hanya seorang anak Adam. Selain itu juga dapat memiliki pengertian Janin bagi Nabi Adam A.S. dan Siti Hawa sebelum turun (lahir) ke bumi.

Daya dukung (carrying capacity) merupakan batas maksimal kemampuan untuk mempertahankan (terjaga & terpelihara) keberadaan kesetimbangan suatu ekosistim.

https://www.youtube.com/watch?v=5WnNOBFBd-M&t=225s

Rasa malu merupakan salah satu fitrah penting manusia, peringatan dini berikutnya adalah penegasan syaitan sebagai musuh manusia.

Nabi Adam A.S dan Siti Hawa menyadari kesalahannya (tidak menyalahkan syaitan), kemudian memohon ulang perjanjiannya dengan cara bertobat.

Kenalilah dirimu dan musuhmu, maka (In Syaa Alloh) kamu akan memenangkan beratus-ratus pertempuran. Jika kamu hanya mengenali salah satu (dirimu atau musuhmu saja) maka kemungkinan untuk kalah dan menang akan menjadi seimbang. Namun jika kamu tidak mengenali keduanya, maka dirimu akan selalu dalam keadaan berbahaya/genting. (The Art of War Sun Tzu). Islam tidak mengenal perang antar suku, agama dan ras (sara) serta apapun bentuknya (bangsa/nasionalisme, perebutan wilayah, kekayaan, kekuasaan dan sebagainya), yang ada hanyalah membela diri dan membebaskan manusia dari kemusyrikan, kekafiran, kemunafikan serta ketidakadilan (perbudakan).


Menyalahkan orang lain bahkan Alloh sebagai pencipta sebagai salah satu ciri tidak beriman.

Setelah tauhid (membebaskan diri dari kemusyrikan), landasan utama berikutnya adalah menjalankan keadilan (memperlakukan segala sesuatu sesuai dengan ukurannya, jika tidak tau maka jangan berlebihan/melampaui batas) untuk membebaskan diri dari perbudakan yang berlandaskan kedzaliman dan berbuat kerusakan.

Setiap individu (segala sesuatu) memiliki perjanjiannya masing-masing, maka hubungkan dan tunaikanlah dengan adil (hubungan vertikal dengan Alloh/hablumminalloh dan muamalah sesama mahluk/hablumminmahluq) hingga ajal tiba (akhir perjanjian). Setelah itu masuk pengadilan yang paling adil (mempertanggungjawabkan semua pilihan/keputusan untuk berbuat), karena itu dalam menjalani kehidupan di dunia ini jangan pernah merasa diri lebih baik atau lebih benar. Janji Setiap Manusia kepada Allah - Poster Dakwah Yufid TV - YouTube

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perawatan Kebun (Bagian Pertama)

  https://youtu.be/Kib_FquGP7s  https://www.youtube.com/watch?v=1Tk_melmv14 https://www.youtube.com/watch?v=0cUc_FKQq7M